Assalamu'alikum sahabat...
lama sudah tidak
memposting post blog..
kali ini kami akan
menceritakan sedikit tentang Sehat
Dalam Kesederhanaan, kami
menulis dan menceritakan sebuah kisah yang terjadi pada masa Rasulullah dahulu
kala, di ketika 2 tahun seorang tabib dri Mesir di utus tugas ke Negeri
Madinah, guna melayani kesehatan Penduduk disana, namun siapa sangka dalam dua
tahun ia duduk di Madinah, tidak ada seorang pasien pun yang datang kepada
beliau, bukan karena takut, tapi memang karena tidak sakit......
simaklah kisah ini, semoga dapat menambah
semangat dalam diri kita dalam hal beramal dan beribadah kepada Sang Khalik..
Seusai salam,
Umar bin Khatthab bertanya khawatir:
“Ya Rasulullah, apakah engkau
sedang kurang enak badan?”
“Tidak sahabatku, Umar. Aku
sehat – sehat saja,” jawab Rasulullah
“Tapi mengapa setiap kali
Rasulullah menggerakkan badan melaksanakan rukun shalat kami mendengar suara
bunyi tulang Anda berkeratakan?”
Mula – mula Rasulullah tak ingin
memberitahukan apa yang didengar oleh para sahabat, karena hal itu sama dengan
membongkar rahasianya. Karena para sahabat tampaknya merasa was – was
memperhatkan keadaan dirinya, Rasulullah kemudian melepaskan pakaiannya
bajunya.
Terlihar oleh para sahabat, Rasulullah
telah mengikat perutnya yang kempis dengan selembar kain yang didalamnya diisi
dengan batu kerikil untuk mengganjal perutnya guna menahan lapar. Batu – batu
kerikil itulah yang berbunyi bergemelutukan sepanjang Rasulullah menjadi Imam
shalat Isya berjama’ah tadi.
“Ya Rasulullah, apakah sudah sehina
itu anggapanmu terhadap kami? Apakah engkau mengira, Seandainya Rasulullah
mengattakan lapar kami tidak bersedia memberimu makanan yang paling lezat dan
nikmat – nikmat? Bukankah kami semua hidup dalam kemakmuran?” kata Umar dengan
nada yang penuh dengan kesedihan.
Rasulullah tersenyum ramah.
“Tdak, Umar. Aku tahu, kalian para
sahabatku adalah orang –orang yang setiap padaku, “kata Rasulullah kemudian.
“jangankan hanya sekedar makanan, harta benda bahkan nyawa sekalipun akan
kalian serahkan kepadaku sebagai rasa cinta kepadaku. Tetapi, dimana akan
kutaruh muakaku di hadapan pengadilan Allah kelak di Hari Pembalasan jika
diriku sebagai pemimpin justru menambah beban orang –orang yang aku pimpin?”
Umar bin Khattab terdiam, demikian
juga para sahabat yang lain. Mereka merenungi peringatan yang terkandung dalam
ucapan Rasulullah tersebut. Sebagai seorang pemimpin hendaknya senantiasa lebih
mementngkan kesejaheraan ummat daripada kepentingannya sendiri.
Ketika itu, penguasa Mesir, Muqauqis,
mengirim seorang tabib ke Madinah sebagai tanda persahabatan. Tabib itu
diberikan tugas untuk melayani penduduk Madinah yang terserang penyakit.
Namun selama dua tahun tabib itu
berada di kota Madinah, sama sekali tak pernah mengobati atau memberi obat
kepada seorangpun penduduk yang ada di Kota Madinah. Hal ini menandakan bahwa
tingkat kesehatan penduduk Madinah benar – benar terjaga.
Karena keberadaan dirinya di kota
Madinah tabib itu hanya menganggur, dan tak pernah memiliki pasien, ia menjadi
bosan dan kemudian pergi menjumpai Rasulullah dan bertanya
“Ya Rasulullah, apakah penduduk
Madinah itu takut akan berobat kepada seorang tabib?”
“Terhadap musuh saja mereka tak takut,
kenapa mesti harus takut kepada seorang tabib?” jawab Rasulullah
“Tapi kenapa selama dua tahun
saya dikirim dan tinggal di Madinah, tak seorang pun yang pernah datang berobat
kepadaku?” tanya tabib itu lagi”
“karena penduduk Madinah tak ada yang
sakit.” Sahut Rasulullah.
“Masak tak ada seorang pun dari
seluruh penduduk kota Madinah yang mengindap penyakit?”tanya tabib lagi karena
kurang percaya
“Untuk membuktikan ucapanku, silahkan
engaku periksa seluruh pelosok kota Madinah,”jawab Rasulullah.
Esok harinya, taib dari mesir itu
menyelusuri seluruh pelosok Madinah guna membuktikan ucaan Rasulullah itu.
Ternyata memang diseluruh pelosok Madinah tabib itu tak menjumpai seorang pun
yang mendindap penyakit/ yang menderita sakit. Hal tersebut membuat tabib itu
terkagum – kagum dan bertanya kepada Rasulullah.
“Wahai Rasulullah bagaimana caranya
sampai seluruh penduduk Madinah ini sehat – sehat, tak ada seorang pun yang
terserang penyakit.”
“Kami adalah suatu kaum yang tidak
akan makan sebelum kami lapar. Jika kami makan, tidak sampai terlalu
kekenyangan. Itulah resep untuk hidup sehat, yaitu memakan makanan yang halal
dan baik. Dan makanlah untuk taqwa, tidak sekedar memuaskan nafsu.”Jawab
Rasulullah.
Mendengar penjelasan Rasulullah, tabib
dari Mesir itu semakin mengagumi cara hidup penduduk Madinah yang sehat.
Nah, begitulah sahabat, pada masa Rasul saja sudah di terapkan bagaimana cara hidup Sehat Dalam Kesederhanaan mengapa kita tidak mencobanya.... :)
wassalam
0 komentar
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^